Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

Selasa, 28 Agustus 2012

242 Rumah di Parigi Moutong Masih Terendam Banjir, 196 Pengungsi Gatal-gatal

KONDISI pemukiman warga di salah satu desa di Kabupaten Parigi Moutong, Sulteng yang porak poranda pasca diterjang banjir bandang, Minggu (26/8). FOTO: RUSTAM/MERCUSUAR

HEADLINE, MERCUSUAR- Ratusan warga korban banjir di Kabupaten Parigi Moutong (Parmout), mulai terserang penyakit diare, pilek dan gatal-gatal. Selain itu, 242 rumah sampai saat ini masih terendam banjir. 


Berdasarkan data yang dihimpun di Dinas Kesehatan Parmout, menyebutkan kalau saat ini sebanyak 196 warga, telah ditangani pihak rumah sakit atas keluhan penyakit itu. 

Empat orang diantaranya sudah dirujuk dan sementara dirawat di RS Anuntaloko Parigi. Karena mengalami sakit jantung, luka berat dan diare, serta muntah-muntah. Mereka itu berasal dari Desa Lemusa, Gangga dan Desa Boyantongo. Sementara tujuh orang warga lainya, dalam rawat jalan karena tidak terlalu parah. 

Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan Parmout dr Anthon Rerung, Senin (27/8), mengatakan data korban banjir sebanyak 196 orang tersebut, adalah total keseluruhan warga yang ditangani Dinkes di enam posko, yang didirikan di Desa Lemusa, Gangga dan Boyantongo. 
“Seluruh warga yang datang tersebut, sudah diberikan obat secara gratis, dan juga kalau yang parah akan dirujuk ke RS Anuntaloko,” tandas Anthon. 

Selain itu, Dinkes juga menyiapkan tenaga dokter sebanyak 14 orang, yang ditempatkan di masing-masing posko banjir, dimana dokter tersebut diambil dari wilayah Puskesmas Sausu hingga Ampibabo. Sedangkan posko Dinkes, yakni di Desa Boyantongo dua Desa Lemusa, Desa Dolago dua posko, Desa Gangga satu posko, dan setiap posko ada empat petugas medis, yang selalu siap untuk melayani warga. 

Ia mengatakan rata-rata penyebab terjadinya penyakit batuk, pilek dan juga gatal-gatal karena para pengungsi tinggal ditempat yang lembab, sehingga penyakit mudah menyerang. 

Ketua Badan Penanggulangan Bencana Alam Daerah (BPBD) Kabupaten Parmout Ramli Borman membenarkan jika 242 rumah masih terendam. Ia mengatakan rata-rata rumah yang terendam telah ditinggalkan pemiliknya, mengungsi sementara di posko penampungan dan rumah-rumah penduduk. 

Selain itu banyak warga meski rumahnya tidak terendam dan rusak ikut mengungsi ke desa-desa tetangga, bahkan ada yang langsung ke Parigi, ibu kota kabupaten karena khawatir akan munculnya kembali banjir bandang mengingat hujan deras sepanjang malam mengguyur seluruh wilayah Kecamatan Parigi Selatan. 

Semua warga yang mengungsi ke posko penampungan sementara yang disediakan Pemkab di dua desa terparah diterjang banjir bandang, yaitu Boyangtongo dan Lemusa telah mendapatkan logistik makanan. 

Sementara para korban lainnya yang mengungsi ke rumah-rumah penduduk di wilayah masing-masing baru akan disalurkan hari ini melalui posko setempat. Seluruh bantuan yang masuk ditampung sementara di posko. 

Selanjutnya petugas posko akan meneruskan bantuan yang terdiri atas bahan makanan, pakaian dan selimut serta tenda-tenda tersebut kepada setiap korban sesuai data yang ada pada BPBD. 
"Data yang ada termasuk rumah rusak dan korban jiwa dan luka-luka baru bersifat sementara dan bisa berubah setiap saat," katanya. 

Ia menambahkan sejak banjir bandang terjadi hingga kini aliran listrik PLN dari Desa Olaya sampai Desa Dolago di Kecamatan Parigi Selatan belum normal. 

"Aliran listrik masih padam karena PLN belum berhasil memperbaikinya sebab banyak tiang dan jaringan listrik roboh dan tertimbun meterial tanah dan batang-batang kayu," katanya. 

Wakil Bupati Kemal Toana mengatakan, prioritas utama masa tanggap darurat pertama ini adalah mengevakuasi para korban, penyaluran bantuan logistik bahan makanan dan lainnya serta memperbaiki badan jalan yang rusak agar arus lalu lintas kendaraan bisa secepatnya kembali normal. 

Akibat bencana alam tersebut jembatan rangka baja Sungai Boyangtongo sepanjang sekitar 150 meter yang menghubungkan Desa Boyangtongo dengan Dologo, putus total diterjang banjir bandang pada 25 Agustus 2012 silam. 

Jembatan kerangka baja yang dibangun sekitar tahun 1993 itu putus di tengah. Bagian Selatan tetap pada posisinya, tetapi jembatan bagian utara dibawa arus sekitar 20 meter. 

Untuk sementara ini kendaraan tidak bisa lewat, kecuali motor dan orang harus menggunakan perahu motor sebagai alat penyeberang melalui muara sungai. 

Wabup Toana juga meminta agar pendistribusian bantuan dilakukan secara merata ke semua lokasi bencana. ***


SUMBER : www.harianmercusuar.com

0 komentar:

Posting Komentar